Ayo Renang, Biar Energi Nulis Tidak Hilang




Ayo renang! kata-kata anak saya itu dilontarkan beberapa waktu lalu. Sebagai olahraga air,  renang memang disukai anak-anak karena bisa membuat tubuh segar. Apalagi kalau air kolamnya dingin. Praktis, untuk saya yang berkegiatan duduk lama saat menulis, renang juga bisa mengembalikan energi yang hilang.

Untuk memenuhi permintaan anak kedua saya itu, maka sebelum dia libur sekolah berkaitan dengan perayaan Idul Adha 1439 H, saya janji untuk mengajaknya renang.

Maka, tak ayal, usai melihat potong kambing dan sapi kurban, Kia, nama anak saya, menagih janji saya untuk mengajaknya berenang.


Kia adalah anak kedua saya, sekarang usianya sudah 8 tahun.

Kalau sudah menginginkan sesuatu dia akan terus mendesak, apabila keinginannya tidak tercapai, maka akan ada cemberut di wajahnya sepanjang hari.

Saya ingin menunda keinginan Kia, tapi saya tak mau terus berutang padanya dan tak mau melihat dia cemberut.

Maka, ketika di akhir pekan ada tujuan ke rumah yang di Bojong Gede, saya pun mulai mencari-cari sekiranya ada kolam renang yang bisa saya datangi bersama keluarga untuk memenuhi janji saya pada Kia.

Saya pun ingat dengan satu lokasi di jalan utama Pemda Bogor, ada satu kolam renang yang terlihat dari jalan kalau menuju stasiun Bojong Gede.

Lalu, saya ungkapkan kalau sambil nanti menuju rumah di Bojong Gede, kami akan mampir di kolam renang itu.

Kia tentu senang mendengarnya, dia pun menyiapkan baju renang yang belum lama dibelikan ibunya.

Bukan hanya Kia, adiknya yang baru berusia 3 tahun, Reihan juga senang, apalagi dia juga ikut dibelikan baju renang bergambar superhero Avenger yang sudah beberapa kali dipakainya mandi.

Kegembiraan kedua anak saya itu berbuncah ketika kami sampai di kolam renang tersebut.

Kolam renang dengan wahana permainan yang bernama Waterboom Rumah Ibu.

Entah kenapa diberi nama seperti itu, tapi yang pasti Kia begitu senang ketika kami sampai di sana.

Letak kolam renang ini, ada di jalan sisi Jl. Tegar Beriman, Cibinong, kota kabupaten Bogor, yang menuju Bojong Gede.

Letaknya setelah jembatan kembar, jembatan besi berwarna hijau yang ada di atas kali Ciliwung.

Kalau dari arah Pemda Bogor, ketika berada di lampu lalu lintas depan restoran siap saji McDonald, kita harus mengambil jalur lambat sebab tidak ada lagi perpindahan jalur di depan area kolam renang.

Saya sendiri sempat salah jalur sebab mengambil jalur cepat, sehingga harus memotong jalan orang ketika masuk area pertokoan kompleks perumahan Graha Kartika Pratama, yang ada dekat kolam renang.

Waterboom Rumah Ibu, memang berada di area kompleks perumahan Graha Kartika Pratama, dan ketika saya perhatikan, kali Ciliwung melintas di sisinya.

Area waterboom ini cukup luas, ada dua wahana kolam renang, yang diperuntukan untuk anak-anak dan orang dewasa.

Harga tiket untuk menikmati arena di waterboom ini dipatok sebesar Rp 50.000 per orang.

Anak usia di atas 2 tahun sudah dihitung satu tiket.

Kolam untuk anak memiliki satu wahana permainan, sedangkan kolam dewasa memiliki empat wahana papan seluncur.

Wahana di kolam dewasa


Kia yang semula bermain bersama Reihan di area anak, kemudian minta ditemani ke kolam dewasa yang dalamnya 1,5 meter.

Melihat ada papan seluncur, dia pun berniat, mencoba.

Saya tidak melarang, meski papan seluncur itu terlihat tinggi, tapi cukup aman untuknya.

Satu papan seluncur berhasil dijajalnya, lalu dia mau mencoba papan seluncur lainnya.
Saya ikut mencoba di papan seluncur yang memiliki dua lajur seluncur ini.

Kami menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai ujung bagian atas papan seluncur.

Selanjutnya, saya dan Kia yang duduk bersisian siap meluncur ke bawah.

Saya sendiri, berusaha melupakan kalau papan itu tinggi, tapi ketika meluncur tetap saya jantung saya seperti terlepas ketika tubuh merosot ke bawah.

Usia memang tidak bisa dibohongi, ketidakbiasaan melakukan hal-hal ekstrim membuat saya selalu merasakan jantung mau copot ketika menaiki wahana permainan seluncuran seperti di waterboom atau jet coaster.

Berbeda dengan Kia yang seperti menikmati seluncuran itu.
 
Meluncur

Dia dan Reihan memang seperti keasyikan dengan air kolam yang jernih dan dingin itu.

Suasana di waterboom ini memang asri, di tepi kolam, ada banyak pohon rindang dengan bangku berpayung untuk pengunjung.

Tapi karena jumlahnya terbatas, saya dan keluarga hanya menempati bangku besi panjang di pinggir kolam renang untuk menaruh pakaian.

Di sisi lain waterboom, ada tiga kios yang menjual makanan.

Sayangnya, makanan yang dijual, menurut saya, tidak cocok dimakan untuk setelah renang.

Makanan semacam nasi, ayam goreng, dim sum, mie instant kurang menarik. Andai saja ada nasi goreng, somay, bakso, terutama mie ayam, pasti menggoda untuk saya coba.

Secara keseluruhan waterboom Rumah Ibu ini memang nyaman untuk arena bermain air bagi keluarga.

Fasilitas kamar bilasnya pun rapi dan bersih.

Kia dan Reihan yang sudah dua hari cemberut saja, langsung ceria ketika tubuhnya mencebur ke dalam kolam. 

Pengusir Jenuh

Renang memang bukan saja berarti untuk anak-anak saya, melainkan bisa juga menyegarkan tubuh dan pikiran kita.

Saya yang sehari-hari kerjanya melamun mencari ide dan menuliskannya menjadi cerita, tentu terasa sekali ketika merasakan air kolam yang sejuk.

Berendam di dalam kolam itu, sangat menyegarkan!

Tubuh dan pikiran yang sudah dipakai bekerja, seperti kembali segar dan itu membawa energi baru.

Energi yang segar itu dengan segera menghilangkan kejenuhan. Alhasil, ketika kita sudah tidak januh lagi, mengerjakan apa pun jadi menyenangkan, termasuk ketika saya harus membuat cerita baru untuk tulisan.

Jadi, ayo renang, biar energi nulis tidak hilang dan pikiran kita jadi jernih lagi untuk kembali menulis. [sr]

Bermain air
Gembira

Asyik di air

Memenuhi janji tuk berenang




Komentar