5 Tahap Proses Menulis Skenario Film Lengkap dan Jelas

Proses Menulis Skenario Film Cerita


Halo teman-teman pembaca, pada kesempatan ini, kita akan ngobrol soal proses menulis skenario film.

Seperti juga tulisan-tulisan lain, menulis skenario film juga memiliki tahapan-tahapan dalam proses penulisannya.

Meski begitu, tujuan menulis skenario film berbeda dengan tulisan lain, semisal karya fiksi yang ada.

Walaupun konten skenario film adalah berupa cerita, tapi tujuan penulisannya bukan untuk dibaca umum.

Artinya, skenario tidak seperti karya fiksi lainnya yang ditulis untuk dibaca oleh pembaca umum ketika terbit.

Menulis skenario film tidak bertujuan untuk diterbitkan oleh penerbit atau dicetak menjadi sebuah buku.

Ada hal penting seputar skenario yang mesti diketahui bersama, yaitu bahwa skenario adalah merupakan sebuah karya tulis teknis.

Menulis skenario hanya punya satu tujuan, yakni untuk menjadi rujukan atau panduan sutradara dan kru produksinya untuk membuat sebuah film.

Nah, apa saja dan bagaimana tahapan dalam proses menulis skenario film?

Berikut ini, adalah satu per satu urutan dari proses menulis skenario film itu....

1. Membuat Ide Cerita

Satu hal yang sangat penting dalam proses menulis skenario film adalah adanya ide cerita. Tanpa itu, tidak ada skenario dan tidak akan pernah ada sebuah film.

Ide cerita merupakan hal penting yang harus dicari, ingat bukan ditunggu datangnya, tapi di-CARI!

Kenapa?

Karena untuk saat ini yang butuh segala cepat, bukan saatnya lagi untuk menunggu. Sebuah ide cerita bisa dicari dari mana saja, baik itu dari berita koran, iklan baris, cerita teman, pengalaman pribadi atau kasus yang menjadi urusan polisi.

Kalau hanya menunggu datangnya ide yang ideal, tentu akan memakan waktu luang yang terlalu lama.

Ingat, sekarang ini sudah tidak ada lagi ide yang orisinal.

Sebuah ide cerita tentang percintaan, sudah ditulis ribuan kali. Begitu juga dengan ide mengenai rumah tangga, hubungan anak dengan orangtua, sudah jutaan kali ditulis.

Untuk saat ini yang dibutuhkan adalah daya kreatif penulis untuk menjabarkan ide yang sudah ada dan dipakai berulang kali itu dalam pendekatan yang lain dan dengan keunikan yang berbeda. 

Sehingga, kelak akan menjadi cerita yang berbeda, walaupun berasal dari ide yang sama. 

Ide cerita ditulis dalam satu atau dua kalimat. Ini juga yang disebut dengan Premis. 

Untuk mudahnya membuat ide atau premis, gunakan acuan dari kata bagaimana jika.... 

Bagaimana jika (tokoh kita) menginginkan (tentukan keinginan yang sangat dibutuhkannya). 

Jadi, ide harus berisi tokoh yang sangat menginginkan sesuatu. 

Kenapa harus begitu? Sebab konsep cerita dalam film adalah seseorang yang sangat menginginkan sesuatu dan berjuang untuk mendapatkannya meski melalui banyak rintangan. 

Jadi, dengan ide yang sudah memuat tokoh dan keinginannya, seorang Produser yang membacanya, sudah dapat melihat akan menarik atau tidak ide tersebut. 

2. Membuat Sinopsis Cerita 

Setelah kita membuat ide yang bisa menarik Produser untuk diteruskan menjadi skenario, maka langkah selanjutnya adalah mengurai ide cerita itu menjadi sinopsis cerita. 

Sinopsis ini ditulis dalam satu atau dua halaman ketik yang memuat secara lengkap kronologis cerita dari tokoh utama dari awal sampai akhir. 

Apa yang sangat diinginkan tokoh kita itu, apa saja halangannya, bisa musuh atau alam di sekitar, dan bagaimana dia melewati halangan itu sampai mendapatkan keinginannya tersebut. 

Kalau tokoh kita tidak mendapatkan keinginannya di akhir cerita, tentukan apa penggantinya yang membuat tokoh kita itu menjadi pemenang. 

Jangan menulis sinopsis cerita dengan pertanyaan yang meminta pembacanya untuk menebak akhir cerita, misalnya... bagaimanakah nasib tokoh utama selanjutnya? 

Jangan pernah menulis seperti itu! 

Tulislah sinopsis cerita dengan jelas, alur yang lengkap dari awal sampai akhir cerita, sehingga pembacanya jelas. 

Harus diketahui, pembaca sinopsis cerita yang kita buat adalah Produser. Produser ini, bukan orang yang  punya banyak waktu untuk membaca hal-hal yang tidak jelas. 

Kalau sinopsis cerita kita tidak jelas, bukan saja tidak akan dikomentari, dibaca sampai tuntas pun pasti tidak. 

Untuk itu, ketika menulis sinopsis cerita tulislah dengan jelas, siapa tokoh utamanya, apa keinginannya, siapa lawan yang akan menghalanginya, bagaimana tokoh utama menghadapi berbagai halangan yang dihadapinya, bagaimana tokoh utama mendapatkan keinginannya. 

Pada akhir cerita, biasanya tokoh utama akan mengalami perubahan dalam sikap, dia akan lebih bijak dalam menerima kenyataan setelah menjalani berbagai pengalaman dalam mengejar keinginannya. 

3. Membuat Storyline 

Setelah kita menulis sinopsis cerita, maka tahap selanjutnya adalah membuat stoyline, atau kerangka cerita. 

Storyline ini berisi poin-poin yang memetakan alur cerita dalam sinopsis cerita yang sudah dibuat. 

Dalam alur cerita itu, kita sudah membayangkan bagaimana nantinya film akan dibuka, dengan adegan apa? 

Storyline tidak ditulis dengan lengkap, hanya berupa keterangan-keterangan penting saja dalam setiap poinnya. 

Penulis bisa membolak-balikkan posisi adegan dalam poin yang dibuat sesuai dengan keinginannya sampai merasa nyaman dengan dengan alur ceritanya. 

4. Membuat Scene Plot 

Begitu Storyline sudah tersusun, maka penulis akan melengkapi setiap keterangan pada poin-poin yang ada dengan nama-nama tokoh, set yang ada, juga bakal dialog dan bentuk Scene Plot. 

Poin-poin pada scene plot ini, kelak akan menjadi scene-scene pada skenario. 

Jadi, pembuatan scene plot memang membantu penulis, untuk menyusun alur cerita yang sudah terbayang dari cerita yang ada. 

Apabila penulis, masih merasa kurang sreg dalam urutan ceritanya, dengan mudah poin-poin itu bisa diubah. 

Lebih mudah mengkoreksi alur cerita dalam scene plot dari pada harus mengubah cerita ketika sudah menjadi skenario sebab dengan memperhatikan poin-poin yang ada, penulis bisa merasakan, adegan itu sesuai, membuat maju cerita atau malah datar dan tidak menarik. 

Kalau memang ada adegan yang tidak pas, datar dan tidak menarik, maka bisa segera diganti dengan adegan yang lebih baik. 

Setelah scene plot selesai dibuat, penulis pun meneruskan tahapan selanjutnya, yaitu.... 

5. Menulis Skenario 

Nah, seperti yang sudah dikatakan, poin-poin pada scene plot kemungkinan besar akan menjadi scene-scene pada skenario, kecuali ada poin, karena kebutuhan, harus dipecah dalam dua atau tidak scene. 

Menulis skenario film membutuhkan format tersendiri yang berbeda dengan format penulisan cerita lainnya, seperti cerpen atau novel. 

Hal itu, sekali lagi, karena skenario memang bukan dibaca untuk umum, tapi akan dicetak dan hanya dibaca oleh produser, sutradara dan kru produksi film yang bersangkutan. 

Maka, format skenario memang berisi keterangan yang berisi acuan untuk bisa divisualkan nantinya. 

Skenario berisi scene-scene yang berurutan dari awal sampai akhir yang memuat adegan-adegan yang akan menjadi satu kesatuan cerita yang utuh. 

Dalam tiap scene ada keterangan nomor scene, kepala scene (scene heading), deskripsi, tokoh dan dialog. 

Proses menulis skenario film ini, tidak sekali jadi. 

Dari dari skenario pertama yang selesai ditulis atau disebut sebagai draft satu, akan ada perubahan-perubahan dan revisi, sampai didapat draft akhir, yang siap diproduksi. 

Nah, tugas dan kewajiban penulis skenario adalah menjalani proses menulis skenario film itu dari membuat ide cerita sampai menulis draft akhir, yang siap diproduksi menjadi sebuah film. 

Demikianlah proses menulis skenario film, mudah-mudahan bisa dipahami oleh teman-teman pembaca. Apabila ada pertanyaan, silakan ditulis di kolom komentar. Terima kasih. [sr]

Komentar