Beginilah Buku Anak Impian Saya


foto-koleksi-buku-cerita-jakarta
Buah imajinasi (Dok. Pribadi)

Bicara soal bacaan, saya sudah mengenal baca buku-buku cerita sejak duduk di bangku sekolah dasar. 

Buku-buku itu saya dapat dengan meminjam pada perpustakaan keliling yang setiap hari Kamis datang ke daerah rumah saya.
Dari membaca banyak buku cerita itulah saya mengenal Old Shatterhand, seorang kulit putih yang datang ke Amerika dan bersahabat bahkan menjadi saudara dari Winnetou yang adalah Ketua suku Indian Apache.
Ada juga Tintin, wartawan yang selalu terlihat dalam aksi menumpas kejahatan bersama Kapten Haddock dan Snowy, anjing kecilnya. 

Ditambah aksi kocak Lucky Luke dalam menangani cowboy yang berbuat jahat di satu kota. Atau cerita menarik para pilot pesawat tempur yang tertuang dalam petualangan Tanguy dan Laverdure. 

Belum lagi perasaan kagum membaca cerita menawan dari belahan dunia lain yang terangkum dalam Album Cerita Ternama.

Bukan cuma itu, Saya juga menjadi tahu, bagaimana Gatotkaca dilahirkan sampai bisa terbang. 

Bagaimana asal muasal Pandawa dan Kurawa sampai timbulnya perang Baratayudha di padang Kurusetra dalam cerita pewayangan Mahabharata.

foto-koleksi-buku-cerita-dongeng-jakarta
Berkelana batin (Dok. Pribadi)


Sudah begitu, saya masih mendapat rangsangan otak dengan mengikuti bagaimana Julian, Dick, George, Anne, dan Timmy si anjing lincah saat berhasil menggagalkan kejahatan. 

Hal yang ditemui tanpa sengaja oleh keempat bersaudara itu dalam menjalani liburan sekolahnya di serial Lima Sekawan. Sama seperti timbulnya rasa penasaran untuk mencari tahu reaksi Jupiter Jones, Bob Andrews, dan Pete Crenshaw yang tergabung dalam Trio Detektif buah karya Alfred Hitchock dalam memecahkan satu misteri.
Bacaan seperti tersebut di atas adalah bacaan yang penuh gizi. 

Dalam artian selain memberikan cerita yang membawa imajinasi ke ruang waktu dan tempat yang jauh di belahan dunia lain. 

Juga menambah pengetahuan dan semangat kepahlawan serta persahabatan.
Sikap yang mengajak anak-anak untuk berpikir positif. Bersikap setia kawan dan saling tolong menolong. 

Dengan memiliki sikap seperti itu, anak-anak akan tumbuh dalam perilaku yang positif. Selain dalam perbuatan juga dalam pemikirannya. 

Tak mudah putus asa, mandiri, dan selalu ceria.
Itulah alasan saya menulis cerita anak.
Bacaan bisa banyak memberi pengaruh pada pembacanya. Setidaknya bisa memberikan inspirasi dan motivasi. 

Terutama pada anak-anak. Sikap selalu ingin tahu membuat seorang anak mudah meniru tokoh yang disukainya dalam bacaan.
Saat ini, bacaan tersebut di atas masih ada dan bahkan diperbarui kemasannya. Namun, trend-nya sudah berbeda. 

Bacaan anak sudah makin beragam. Sudah makin banyak pilihan. Apalagi dengan masuknya komik-komik Jepang yang didukung oleh media film di televisi.
Selain itu, bacaan yang dikarang oleh penulis lokal juga sudah ikut meramaikan pasar buku nasional. 

Jenisnya pun beragam. Dari cerita rakyat sampai yang bergenre misteri. Dari cerita keseharian sampai kisah petualangan. Bahkan tidak hanya sebatas dalam bentuk cerita fiksi. 

Tetapi, juga meluas ke jenis cerita non fiksi. Dari mulai bentuk pengetahuan populer sampai agama. Dari usia balita sampai pra remaja.

foto-koleksi-buku-cerita-dongeng-komik-jakarta
Ruang imajinasi (Dok. Pribadi)


Namun, jumlah melimpah dari buku yang ada itu belum juga menghasilkan karya yang bisa menjadi trendsetter

Dulu, Enid Blyton begitu mumpuni dalam membangun karakter Lima Sekawan. Sampai setiap anak yang pernah membacanya tahu, siapa saya anggota Lima Sekawan.
Karakter yang kuat adalah kunci kesuksesan sebuah cerita. Mungkin sebab jarang ada pengarang lokal yang membuat buku anak dalam bentuk serial, sehingga setiap buku cerita yang terbit dan terbaca tak meninggalkan apapun. 

Kecuali sebuah kisah yang lambat laun akan terlupa.
Saya pernah membaca Emil dan Pippi karangan Astrid Lindgren. Karakter kedua tokoh ini khas dan sangat kuat. 

Sehingga meski dibuat puluhan tahun lalu, namun kecentilan Pippi dan sifat mau tahunya Emil masih bisa diingat. Bahkan keengganan Pippi untuk bersekolah bukan merupakan satu pengaruh buruk buat anak yang membacanya. 

Bahkan menjadi dorongan untuk guru-guru dalam berkreativitas untuk membuat anak tak bosan di sekolah. 

Sama halnya dengan cerita Totto Chan, dimana sekolah yang dibentuk dengan kreasi akan membuat anak-anak betah.
Semua buku cerita anak yang ada adalah bagus. Selama dia bisa menyampaikan dengan jelas perihal baik dan buruk. 

Bukan berarti harus melulu berisi titah dan perintah. 

Tetapi, juga dengan hiburan yang membuat anak bisa merasakan terbang di angkasa, berenang di lautan, dan berkemah di tepi hutan. Semua kisah yang disampaikan dengan lincah. 

Dengan karakter yang kuat, yang akan selalu teringat siapa pun yang sudah membaca kisahnya. Kisah yang bisa membawa imajinasi anak menembus batas ruang dan waktu.

Itulah buku anak impian saya. Buku yang akan menjadi inspirasi dan motivasi positif bagi anak yang membacanya.[sr]

Komentar

  1. wuiih, anak2 saya masih baca buku seputaran KKPK , belum berkelana ke buku lain, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Mildaini Milda Mildaini

      Hehehe... beliin yang lain atuh, biar beragam. :)

      Makasih ya udah mampir.

      Hapus
  2. Wah berhubung saya belum punya anak (alias belum nikah) jadi belum punya untuk untuk anak deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @nurul iman

      Baca buku anak sebenarnya bukan untuk aja, saya melakukannya untuk tetap menjaga passion saya ketika menulis cerita anak.
      Eniwei... saya doain deket jodohnya. :)

      Hapus
    2. Wis makasih mas semoga doanya didengar oleh yang maha pencipta.

      Hapus
  3. Beragamnya buku anak saat ini, sebenarnya menuntut orang tua juga untuk baca buku anak, bukan sekadar membelikan atau memberikan saja. Sebab beberapa pesan yang tidak kita harapkan hadir secara lembut dan halus di buku-buku anak itu. Tanpa kita sadari anak-anak sudah memiliki pemahaman tertentu tentang sesuatu

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Koko Nata

      INi PR untuk penulis, sehingga bisa menyajikan buku yang bergizi untuk anak-anak....

      Makasih udah mampir.

      Hapus
  4. Saya kecil jarang sekali baca buku anak-anak, di pustaka SD dulu hanya ada koleksi buku-buku gratis dari pemerintah. Karena itu mungkin sekarang merasa harus membaca banyak buku :D

    Iya, sekarang buku anak banyak ragamnya dan orang tua seakan ikut tren untuk menyediakan buku-buku bagus untuk anak-anak, bahkan rela untuk beli secara arisan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. @Haya Nufus
      Keren banget kalo kamu udah banyak baca.....

      Untuk anak-anak, semua buku adalah baik, orangtua tinggal memahami kebutuhan anaknya, bukan kebutuhannya dirinya :)

      Hapus

Posting Komentar